Selasa, 28 September 2010

Pesan Dari Balik Pagar Kampus

Mengisi akhir pekan pertama di bulan Ramadhan, BEM FISIPOL UMY melaksanakan agenda bakti social yang bertempat di dukuh Donotirto, Bangun Jiwo. Dengan I’tikad ibadah yang dibingkai dalam semangat untuk berbagi, BEM FISIPOL UMY yang dimotori Departemen Pengabdian Masyarakatnya menyambangi warga dukuh yang letaknya tak jauh di barat daya kampus terpadu UMY ini.
Seharian membaur dalam hangatnya kebersamaan dengan warga donotirto menggelitik rasa kemanusiaan kita, betapa tidak, hanya dibalik tembok pagar kampus kita ada sekumpul warga yang hidup dalam kesederhanaan ruang, keterbatasan sandang, ketrbatasan akses, bahkan meski naik turun bukit untuk sekedar mereguk seteguk air bersih.
Ketidakmerataan pembangunan di negeri ini adalah realita empirik yang tak bisa dinafikan. donotirto merupakan bukti konkret gambaran peta pembangunan di negeri merah putih ini.

Sebagai mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang setiap saat senantiasa bergumul dengan diskursus seputar dinamika sosial politik baik referensi klasik maupun wacana aktual mutakhir yang berkembang sedemikian cepatnya, ada semacam urgensitas tersendiri yang menuntut kita untuk secra kritis membuka mata menatap realita sosial di sekitaran untuk kemudian mengupayakan berlangsungnya sebuah perbaikan.

Hari ini, masyarakat telah lelah-atau bahkan muak- dengan perilaku aparat pengelola negara yang semakin hari semakin konyol. Tuturan Bapak Mujiono sebagai sesepuh warga munkin bisa menjadi ungkapan kontemplatif bagi kita, dengan gaya jawanya yang khas ia menuturkan upaya warga untuk mengupayakan penyediaan air bersih yang tak kunjung terwujudkan. "masalah utama warga sini(donotirto) itu adalah kebutuhan air bersih mas. Dlam lingkup satu dukuh ini, hanya ada dua sumber mata air mas. untuk mencapainya, warga mesti berjalan tidak kurang dari 800meter(yang notabene jalannya perbukitan nan terjal). Sekarang alhamdulillah sudah ada sepeda motor, jadi warga bisa lumayan sedikit menghemat tenaga. Lha kalo dulu wah kita ngangsu 2 ember sampe rumah dapet empat ember, yang dua ember lagi keringat kita".
Ketika saya tanyakan usaha yang telah dilakukan warga selama ini, Pak Muji hanya bias mengelus dada sambil menuturkan perjalanan panjang usaha yang dkgagas warga. ”sudah sejak tiga tahun ini, kami(warga donotirto) mengajukan proposal untuk program pengadaan pompa dan bak penampungan untuk mengatasi kebutuhan air bersih warga. Tidak hanya sekali mas, terhitung empat kali kami mengajukan proposal, baik kepada pemerintah daerah, maupun lewat anggota DPRD yang sempat kami datangi. Hasilnya nihil sampai detik ini”, demikian tuturnya.
Realitas miris sekaligus ironis ini adalah PR bagi kita sebagai selapis tipis bagian negeri ini yang berkesempatan mereguk kenikamatan akses pengetahuan, keberlimpahan wacana aktual di bangku kuliah untuk mengambil posisi terdepan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan bagi segenap tumpah darah bangsa ini tanpa terkecuali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Start Ranking - Free Link Directory to increase Website Rankings