Selasa, 08 Maret 2011

GERAKAN FILANTROPI PELAJAR

Sudah genap 50 tahun Ikatan Pelajar Muhammadiyah mewarnai jagad gerakan pelajar dinegeri ini. Dalam rentang waktu setengah abad itu, tentunya telah banyak manis getir yang hadir di setiap pijakan langkah organisasi ini. Sejarah telah mencatat sejak berdirinya (tahun 1961) sampai sekarang, IPM secara konsisten ikut mengawal upaya mencerdaskan bangsa melalui jalan pendidikan melalui berbagai aktivitasnya mulai dari dakwah hingga pembelaan(advokasi). Hal ini disatu sisi merupakan prestasi dan pencapaian yang luar biasa, namun disisi lain menjadi tantangan yang meniscayakan IPM untuk senantiasa berbenah diri agar tetap mampu menjaga eksistensinya. Karenanya, refleksi gerakan adalah sebuah keharusan yang mesti terus-menerus dilakukan untuk menjaga kontekstualitas gerakan agar keberadaan IPM benar-benar bisa menjawab tantangan dan kebutuhan aktual zaman.

Dalam rangka itu, PP IPM melalui muktamar XVII Yogyakarta telah mencoba menjawab kebutuhan reflektif tersebut dalam formulasi Gerakan Pelajar Kreatif ( GPK ), namun dalam perjalanannya GPK juga tidak terlepas dari kritik baik yang datang dari internal maupun kritik dari luaran. Salah satu kritik yang muncul adalah adanya beberapa contradictio terminologi dalam formulasi yang diusung GPK. Selain itu, ketidaktuntasan pemaknaan terma ”Kreatif” berimplikasi pada pembiasan arah sehingga gerakan IPM kedepan dirasa tidak fokus.
Dalam konteks inilah IPM jateng mencoba untuk melakukan tajdid gerakan dan mendapati Gerakan Filantropi Pelajar ( GFP ) sebagai Strategi Gerakan yang tepat untuk menjawab problematika dan peluang di Jawa Tengah yang ada saat ini. Kelahiran Gerakan Filantropi Pelajar tidak lantas sama sekali menafikan keberadaan Gerakan Pelajar Kreatif yang telah di deklarasikan Pimpinan Pusat pada Muktamar Yogyakarta 2010. Gerakan Filantropi lebih tepat dimaknai sebagai upaya kontekstualisasi sepirit kritis transformatif atas permasalahan dan peluang aktual yang dihadapi dalam ruang Jawa Tengah.
Kelahiran GFP tidak didasarkan pada egosentris belaka, GFP merupakan produk yang dihasilkan dari tajdid gerakan atas permasalahan kotemporer yang sedang kita hadapi baik didunia pelajar, persyarikatan, bangsa, maupun global.
Faktor Kemunculan Gerakan Filantropi Pelajar :
Terdapat dua faktor yang menyebabkan GFP Muncul, yaitu faktor Intern IPM dan Faktor Ekstern.
1.Faktor Interen IPM
Faktor Interen melingkupi faktor yang secara langsung dialami dan dirasakan dalam lingkungan pelajar maupun IPM saat ini.
Faktor Pelajar:
- Tingkat keabaian yang akut dikalangan pelajar
- Dehumanisasi
- Menumpulnya kecerdasan social dikalangan pelajar
- Kedermawanan pelajar yang terkikis oleh sikap hedonisme dan Materialisme
- Makin akutnya ekses budaya POP dikalangan pelajar
Faktor IPM:
- mulai tergerusnya prinsip voluntarisme(keikhlasan)
- Kontinum GKT ( Gerakan Kritis Transformatif )
- Terdapat celah dalam GPK ( Gerakan Pelajar Kreatif )

2.Faktor Eksteren IPM
Faktor Eksteren melingkupi fenomena aktual diluar IPM yang yang mempengaruhi GFP muncul,seperti
Nasional:
- Kesenjangan social yang tajam antara simiskin dan sikaya
- Sistem yang kurang memihak
- Pendidikan yang bersifat pragmatisme ( Lahan mencari keuntungan )
- Korupsi yang mentradisi
- Fenomena bencana alam yang seolah menjadi rutinitas
Faktor Global:
- Fenomena Global Warming
- Globalisasi yang diikuti merajanya kapitalisme
- Trend gerakan filantropi yang makin meningkat

Definisi Gerakan Filantropi Pelajar
Gerakan Filantropi Pelajar merupakan usaha manifestasi spirit amar ma’ruf, nahy munkar melalui gerakan keberpihakan yang didasari atas cinta-kasih(kepedulian) terhadap sesama. Cita-cita Gerakan Filantropi Pelajar(GFP) ditujukan pada pembentukan karakter pelajar yang senantiasa bermanfaat bagi kehidupan bersama, pelajar yang senantiasa mampu mendahulukan kepentingan umum/orang lain(altruisme) dari kepentingan pribadinya. Fenomena aktual dewasa ini menampakkan panorama makin menipisnya ketersediaan manusia yang mempunyai komitmen untuk senantiasa mendahulukan kepentingan umum. Pemandangan dunia saat ini menampakkan parodi orang saling sikut demi memperkaya diri sendiri. Tentunya hal ini sangat jauh dari cita-cita seorang muslim ideal yang salah satu cirinya adalah bermanfaat bagi manusia lain.
Lebih jauh, GFP menekankan keberimbangan/keutuhan karakter manusia yang mempunyai kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual,dan kecerdasan Estetikal, serta kecerdasan sosial. Atau dengan kata lain mempunyai kesalehan personal dan kesalehan sosial. Pertama, Kecerdasan intelektual merupakan identitas utama yang mesti dimiliki seorang pelajar sebagai pencari ilmu. Dalam masyarakat kapitalis yang mana dicirikan dengan kompetisi ketat disegala bidang, kepemilikan atas ilmu menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki jika tak ingin hanya jadi penonton ditengah kemajuan teknologi. Kedua, kekayaan batin seakan menjadi barang langka dewasa ini. Dunia modern yang mendewakan logika menempatkan manusia pada kemarau batin yang menyudutkan manusia pada kehampaan jiwa tanpa sandaran religiusitas. Pendewaan atas kecerdasan intelektual tanpa diimbangi embun spiritual akan menempatkan manusia pada kebuasan yang jahili.
Ketiga, Kecerdasan estetikal menjadi hal yang urgen untuk membangun harmoni didunia ini. Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan nilai keindahan, kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan karya seni yang mengandung nilai estetikal. Sebagai Puncak, kristalisasi dari ketiga kecerdasan ini(intelektual,spiritual, dan estetikal) harus mampu mewujud dalam aksi nyata yang berorientasi pada perubahan untuk kemajuan peradaban/transformasi sosial(Kecerdasan Sosial)

Prinsip Gerakan
Adapun GFP ini didasarkan atas prinsip: Voluntarisme (Kerelaan), Altruisme(mendahulukan orang lain), Equality (Kesetaraan), Partnership(Kemitraan), Kritis-Transformatif dan Kreatif.

Penjelasan
1. Voluntarisme/kerelaan
Gerakan Filantropi Pelajar dapat dikatakan berhasil apabila niat utama pelaku adalah Kerelaan/Ikhlas, Nilai kerelaan tidak dapat diganti atau dirubah dengan nilai yang lain,seperti : materi,pujian,jabatan dll, karena pada hakekatnya rela adalah sikap yang tidak berprinsip untuk mendapatkan sesuatu dari perorangan atau organisasi tapi apa yang sudah diberikan kepada seseorang atau organisasi.
Dasar : Q.S :
2. Altruisme(Mendahulukan Kepentingan Umum)
Individualism Nampaknya makin akut menjangkiti jiwa manusia-manusia modern. Patologi social yang makin marak, salah satunya korupsi, seolah menegaskan makin akutnya individualism manusia kebanyakan. Orang berlomba-lomba mempertebal kantong pribadi tanpa peduli dengan sesamanya yang kekurangan. Semangat rela berkorban dan mendahulukan orang lain makin langka kita jumpai. IPM Jateng berupaya untuk merevitalisasi semangat altruism ini melalui gerakan filantropi pelajar
3. Equality/kesetaraan
Tentu sebagai Pelajar Islam kita sepakat dan yakin bahwa Label yang siap dinilai dan dibeli Alloh SWT bukanlah label Kekayaan, Jabatan,Kecantikan/Ketampanan,miskin,kaya,orang desa,orang kota, Melainkan Label Ketaqwaan yang akan senantiasa dirundu Oleh Pembuat Rindu ( Alloh SWT )
Manusia hidup didunia sama dipandangan Alloh SWT. Sehingga tidak layak kita untuk sombong dan melampaui batas, Karena Alloh Tidak menyukai Orang-orang yang berlebih-lebihan dan melampaui batas.
Sedangkan dihadapan manusia sudah selayaknya kita saling tolong menolong,sikay membantu simiskin, yang bisa membantu yang tidak bisa, sehingga Nilai Filantropi yang berlandaskan semangat cinta kasih haruslah ditumbuhkan mulai sekarang.
4. Partnership/kemitraan
Gerakan Filantropi membutuhkan mitra dalam bergerak, artinya kemitraan disini adalah bahwa manusia baik yang kaya atau yang miskin punya tanggungjawab yang sama untuk mewujudkan peradaban utama ( Masyarakat Madani ), untuk itu aksi filantropi merupakan manifestasi kerjasama dari keduanya untuk mencapai cita-cita luhur tersebut.
5. Kreatif
Gerakan filantropi sekali lagi jangan ditafsirkan kepada gerakan-gerakan yang sempit seperti, infaq,shodakoh, zakat, akan tetapi filantropi harus masuk dalam ruang yang lebih luas,melalui jalur pendidikan ( intelektual ),lingkungan, birokrasi,social,kemasyarakatan,budaya dll, sehinggan Gerakan Filantropi Harus Kreatif, Luwes, Inofatif yang tidak keluar dari semangat Filantropi itu sendiri terhadap Gerakan-gerakan yang ditawarkan diberbagai Lini.
6. Kritis
Sikap Kritis harus senantiasa bersanding dalam Gerakan Filantropi, Gerakan filantropi berasumsi bahwa Kemiskinan, kebodohan tidak hanya disesabkan karena malas atau karena sudah nasibnya bodoh/miskin, tetapi ada faktor luar yang lebih dominan untuk dikritisi bersama, sehingga Gerakan filantropi harus mengambil peran dalam Advokasi pelajar pada Khususnya dan Masyarakat pada Umumnya.
7. Transformatif
Gerakan Filantropi bertujuan untuk menciptakan transformasi sosial artinya GFP bercita-cita terjadinya perubahan kehidupan yang lebih baik tetntunya melalui usaha yang konsisten secara berkelanjutan yang didasarkan atas kesadaran bersama(konsensual).

1 komentar:

Start Ranking - Free Link Directory to increase Website Rankings