Memperingati hari kemerdekaan bukanlah sekedar bagaimana kita bisa memanjat pinang setinggi-tingginya, memakan kerupuk secepat-cepatnya...
Kalimat tersebut disampaikan dalam materi perenungan yang diadakan BEM Fisipol UMY dalam rangka memperingatai hari lahirnya Bangsa Indonesia. Serambi Sportorium UMY yang dipilih sebagai tempat menyelenggarakan acara gegap gempita oleh semangat nasionalisme malam itu.
Ahmad Fanani selaku Gubernur BEM Fisipol dalam sambutannya menyampaikan bahwa agenda yang bertema Refleksi 65 Tahun Kemerdekaan "Sebuah Kontemplasi Perjalanan dan Masa Depan Negeri" ini termasuk dalam salah satu rangkaian agenda Ramadhan yang telah dicanangkan BEM Fisipol.Adapun rangkaian agenda Ramadhan tersebut antara lain adalah Bakti Sosial BEM FISIPOL UMY(15/8), Buka puasa bersama masyarakat Fisipol (17/8) dan Insya Allah akanditutup dengan agenda Sahur on the road BEM FISIPOL UMY(20/8).
Susunan acara dalam Agenda Kontemplasi BEM ini tergolong padat. Sore hari dibuka dengan"ngabuburit" bersama para pengurus BEM dan mahasiswa Fisipol. Sebagian panitia tampak masih sibuk mondar-mandir mendekorasi ruangan dengan ornamen-ornamen serba merah putih. Adapula yang memasang perangkat sound system.
Sedangkan perangkat seperti panggung dan alat musik tradisional berhasil dihadirkan berkat kerjasama BEM Fisipol dengan TE-TANGGA (Teater Tangga) salah satu UKM seni dikampus matahari terbit ini. sembari melakukan persiapan guna melaksanakan acara, lagu-lagu kebangsaan mulai digaungkan.
Rebellion Rose merupakan salah satu band tamu dalam acara tersebut yang menambah semarak suasana. Hingga tiba waktu magrib dimana panitia dan para mahasiswa berbuka bersama.
Pasca Sholat Tarawih berjamaah, acara Kontemplasi atau lazim kita sebut sebagai perenungan pun dimulai. Dibuka oleh sambutan Ketua Bem Fisipol Ahmad Fanani kemudian dilanjutkan oleh penampilan lincah seorang penari piring bernama Deby Van Rusli sebagai sajian pembuka.
Acara selanjutnya, penonton dibuat terkagum dengan penampilan Band Tunanetra Akustik dari YAKETUNIS, sebuah yayasan tunanetra Islam di Yogyakarta. Kemudian disuguhkan pula puisi kritis dari salah seorang mahasiswa HI bernama Kuncoro.
Acara pun semakin menarik kala hadirin dikagetkan oleh teriakan maling yang ternyata merupakan sebuah skenario dari monolog yang dibawakan salah seorang pelakon Teater Tangga,Ipunk. Sang lakon ternyata tak hadir sendiri, sesosok patung berjas lengkap berdiri disampingnya yang disimbolkan sebagai Presiden Republik Khayalan yang berhasil ia sandera. Kritikan pedas pun hadir dalam monolog yang diakuinya mengalir dengan alamiah tersebut.
Semakin malam, acara semakin hangat. Kontemplasi penutup disampaikan oleh Agus Aufiya, Mahasiswa Fisipol HI 2008. Sedikitnya ada tiga poin yang disampaikan dalam orasinya. Bahwasanya untuk membenahi bangsa ini haruslah dimulai dari diri sendiri. Pertama-tama kedekatan kita terhadap agama harus lebih ditingkatkan, kemudian bagaimana upaya kita agara mampu mengambil hikmah dari tiap kejadian dan yang terakhir adalah betapa kejujuran itu amat penting khususnya bagi mahasiswa. "Mulailah untuk jujur dalam mengerjakan soal-soal ujian dan mengisi presensi di kelas." Ujar laki-laki yang mengenakan Jas almamater ini bersahaja.
Acara usai, hadirin tampaknya enggan meninggalkan tempat acara. Mereka dengan khidmad melantunkan lagu 17 Agustus bersama. Kembang api sederhana pun dinyalakan sebagai simbol kemerdekaan seutuhnya. Bunga api yang memercik indah di langit malam seakan menjadi pelecut semangat mahasiswa-mahasiswa Fisipol untuk terus menjalankan tanggung jawabnya mencerdaskan bangsa. Dirgahayu Indonesia...
Sabtu, 21 Agustus 2010
Malam Kontemplasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar